Kamis, 12 Oktober 2017

ANALGETIK



 ANALGETIK

ANALGETIK adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut sejenis obat yang dibuat untuk menghilangkan rasa sakit/nyeri tanpa harus membuat si penderita tak sadarkan diri.  Analgesik berasal dari bahasa yunani 'Algos' yang artinya sakit. Yang kemudian di beri awalan 'AN' didepannya yang artinya tanpa. Sehingga jika di satukan, menjadi kata Analgesik yang artinya tanpa rasa sakit.

Untuk bisa di sebut obat analgesik, harus memenuhi kriteria berikut ini, yaitu:
  • Efektif untuk menyembuhkan rasa sakit
  • Tidak memiliki efek narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
  • Tidak mempengaruhi pernapasan
  • Menghilangkan rasa nyeri sedang, seperti sakit gigi
Analgesik biasanya di berikan pada mereka yang menderita nyeri atau sakit di bagian tertentu dari tubuh. Rasa sakit yang terlalu akan sangat mengganggu dan membuat si penderita merasa tidak nyaman.  Untuk membantu menghilangkan rasa sakit, biasanya dokter memberikan resep obat analgesik. Adapun jenis obat yang di berikan akan di tentukan dengan tingkat kesakitannya. Cara kerja obat analgesik hampir mirip dengan cara kerja narkotika dan obat-obatan psikotropika lainnya, yaitu berfungsi menekan sistem saraf perifer dan saraf pusat sehingga persepsinya terhadap rasa sakit berubah.

Obat analgesik terbagi menjadi 2

1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika
Analgesik jenis ini  berkerja pada sistem saraf pusat dan menyebabkan Ketidakpekaan terhadap rasa nyeri hingga dapat menghilangkan kesadaran. Jika efeknya habis rasa sakitnya akan terasa lagi. Obat-obat seperti ini sangat jarang di resepkan untuk penderita nyeri biasa. Karena dapat menyebabkan kecanduan. Tapi untuk penderita penyakit berat seperi kanker, tumor dan frakture, biasanya dokter tidak punya pilihan lain selain memberikan oba-obat ini untuk menghilangkan rasa sakitnya, itupun dengan dosis yang terbatas dan di berika dalam pengawasan.Contoh obat Analgesik Opioid:  Kodein, Methadone, Fentanil, Morfin diasetat (heroin), dll.

2.Analgesik Non-Opioid/ Non-Narkotik
Analgesik Non-narkotika di kenal juga sebagai Analgetik perifer (non-narkotik), yaitu obat analgesik yang tidak bersifat narkotik dan bekerja menekan saraf perifer. Analgesik jenis ini tidak seampuh obat analgesik narkotika tapi terbukti mampu meringankan rasa sakit tanpa mempengaruhi susunan saraf pusat dan tidak mempengaruhi tingkat kesadaran. Dan yang paling penting tidak menyebabkan kecanduan pada pengguna. Contoh obat Analgesik Non Opioid: Obat-obatann NSAID, ibupropen, acetaminophen, Aspirin, Paracetamol. dll.

·         PENGGOLONGAN ANALGETIK

·         Obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
Analgesik nonopioid, dan Analgesik opioid.

·         Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
1.       Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID ANALGESICS)

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX  pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri. Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.

Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.

·         Obat- obat Non opioid Analgesics
 Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac, Meclofenamate, Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin, Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac, Tolmetin.

       I.            Deskripsi Obat Analgesik Non-opioid
Salicylates

Contoh Obatnya: Aspirin, mempunyai kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung (intoleransi). Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok (minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).


·         p-Aminophenol Derivatives

Contoh Obatnya: Acetaminophen (Tylenol) adalah metabolit dari fenasetin. Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, nyeri pasca persalinan dan  keadaan lain. Efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.

Pada dosis besar dapat menimbulkan pusing, mudah terangsang, dan disorientasi.

·         Indoles and Related Compounds

Contoh Obatnya : Indomethacin (Indocin), obat ini lebih efektif daripada aspirin, merupakan obat penghambat prostaglandin terkuat. Efek samping menimbulkan efek terhadap saluran cerna seperti nyeri abdomen, diare, pendarahan saluran cerna, dan pankreatitis. Serta menimbulkan nyeri kepala, dan jarang terjadi kelainan hati.

·         Fenamates

Contoh Obatnya : Meclofenamate (Meclomen), merupakan turunan asam fenamat, mempunyai waktu paruh pendek, efek samping yang serupa dengan obat-obat AINS baru yang lain dan tak ada keuntungan lain yang melebihinya. Obat ini meningkatkan efek antikoagulan oral. Dikontraindikasikan pada kehamilan.


·         Arylpropionic Acid Derivatives

Contoh Obatnya : Ibuprofen (Advil), Tersedia bebas dalam dosis rendah dengan berbagai nama dagang. Obat ini dikontraindikasikan pada mereka yang menderita polip hidung, angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap aspirin. Efek samping, gejala saluran cerna.

·         Pyrazolone Derivatives

Contoh Obatnya : Phenylbutazone (Butazolidin) untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka. Obat ini mempunyai efek anti-inflamasi yang kuat. Tetapi memiliki efek samping yang serius seperti agranulositosis, anemia aplastik, anemia hemolitik, dan nekrosis tubulus ginjal.


·         Oxicam Derivatives

Contoh Obatnya : Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan struktur baru. Waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka. Efek sampingnya meliputi tinitus, nyeri kepala, dan rash.

·         Acetic Acid Derivatives

Contoh Obatnya : Diclofenac (Voltaren), obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Waktu parunya pendek. Dianjurkan untuk pengobatan artristis rmatoid, dan berbagai kelainan otot rangka. Efek sampingnya distres saluran cerna, perdarahan saluran cerna, dan tukak lambung. 

·         Miscellaneous Agents

Contoh Obatnya : Oxaprozin (Daypro), obat ini mempunyai waktu paruh yang panjang. Obat ini memiliki beberapa keuntungan dan resiko yang berkaitan dengan obat AINS lain.

    II.            Analgetik Opioid

Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi,habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik ideal. Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin. Tanpa bahaya adiksi: 
 -         Obat yang berasal dari opium-morfin
 -         Senyawa semisintetik morfin
 -         Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin

Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat. Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri. Dengan sistem ini dapat dimengerti mengapa nyeri dalam situasi tertekan, misalnya luka pada kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa dan baru disadari beberapa saat kemudian. Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh sistem endogen ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin, endorfin, dan dinorfin.

Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh seperti fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi stress dan kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan ketergantungan opioid. Opioid endogen mengatur homeostatis, mengaplifikasi sinyal dari permukaan tubuk ke otak, dan bertindak juga sebagai neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang eksternal. Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid, berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.

Mekanisme umumnya

Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat. Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid diantaranya: Analgesik, medullary effect, Miosis, immune function and Histamine, Antitussive effect, Hypothalamic effect GI effect. Efek samping  yang dapat  terjadi: Toleransi dan ketergantungan, Depresi pernafasan, Hipotensi, dll.

·         Analgetik opioid dibagi menjadi:
- Agonis opioid menyerupai morfin (pd reseptor μ, κ). Contoh: Morfin, fentanil.
- Antagonis opioid. Contoh: Nalokson.
- Menurunkan ambang nyeri pd pasien yg ambang nyerinya tinggi.
- Opioid dengan kerja campur. Contoh: Nalorfin, pentazosin, buprenorfin, malbufin, butorfanol.

Obat-obat Opioid Analgesics

Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene, Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene, Sufentanil.


Obat Analgesik opioid

·         Agonis Kuat
·         Fenantren
Morfin, Hidromorfin, dan oksimorfon merupakan agonis kuat yang bermanfaat dalam pengobatan nyeri hebat. Heroin adalah agonis yang kuat dan bekerja cepat.
·         Fenilheptilamin
Metadon mempunyai profil sama dengan morfin tetapi masa kerjanya sedikit lebih panjang. Dalam keadaan nyeri akut, potensi analgesik dan efikasinya paling tidak sebanding dengan morfin. Levometadil asetat merupakan Turunan Metadon yang mempunyai waktu paruh lebih panjang daripada metadon.
Pertanyaan:
Apakah analgetik narkotika dan non narkotika boleh dikombinasi dan berikan contoh.
Pada saat nyeri bagaimana saja kedua obat dapat digunakan.
Pengaruh obat terhadap janin bila dikonsumsi terus menerus untuk menghilangkan rasa nyeri.

DAFTAR PUSTAKA 

http://analgetikantipiretik-dias.blogspot.co.id/2013/03/penggolongan-analgetik.html
https://dedy9.wordpress.com/2012/08/02/pengertian-analgesik-antipiretik/
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.
Witkin LB, Huebner CF, Galdi F, Keefe E, Spitaletta P, Plumer AJ, 1961, Pharmacognosy of 2 amino-indane hydrochloride (SU 8629). A potent non-narcotic analgesic, Journal Of Pharmacology and Experimental Therapeutics.


14 komentar:

  1. Assalamualaikum gebi
    Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yg diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta smpai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulask bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi. Penggunaan obat yg berlebihan dpaat membahayakan, dianjurkan memenuhi resep dokter. Penyalahgunaan obat-obat analgetik narkotika oleh ibu hamil dapat menyebabkan ketergantungan pada janin dalam kandungan.

    BalasHapus
  2. obat analgetik narkotika dan non narkotika kalau mnrt saya jika di kombinasikan didiskusikan dlu kpd dokter
    jika analgetik narkotika bs sgt ampuh mengatasi nyeri knpa mesti di kombinasikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menambahkan sebagai pertimbangan karena berdasarkan prinsip penatalaksanaan nyeri

      Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling kuat

      Tahapannya:

      Tahap I : analgesik non-opiat : AINS
      Tahap II : analgesik AINS + ajuvan (antidepresan)
      Tahap III : analgesik opiat lemah + AINS + ajuvan
      Tahap IV : analgesik opiat kuat + AINS + ajuvan

      Contoh ajuvan : antidepresan, antikonvulsan, agonis α2, dll.

      Hapus
  3. Analgetika narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi, kolik jantung atau ginjal.

    Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan, sehingga sering disebut analgetika ringan, juga menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik

    BalasHapus
  4. Jawaban nomor 3.
    Analgetik narkotika digunakan pada saat nyeri yang sangat hebat, dimana obat analgetik non narkotika tidak mempan mengurangi rasa nyeri tersebut.

    Sedangkan analgetik non narkotika dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri ringan hingga sedang, seperti untuk penyakit sendi, sakit gigi, peradangan, dan lain-lain.

    BalasHapus
  5. jika ibu hamil mengonsumsinya terus menerus, maka ada kemungkinan efek teratogenik, maupun resiko bayi prematur.

    BalasHapus
  6. Halo, dari yang saya dapatkan analgetik narkotika dapat dikombinasikan dengan analgetik non narkotika apabila memang dibutuhkan dan berdasarkan resep dan berada dibawah pengawasan dokter. contoh yang sering dikombinasikan yaitu parasetamol dan codein

    BalasHapus
  7. Perbedaan penggunaan analgetik yaitu :
    1. Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver somiferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari prgan viseral.
    2. Analgetik non narkotik berasal dari golongan anti inflamasi non steroid (AINS) yang menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Disebut AINS karena selain sebagai analgetik, sebagian anggotanya memiliki efek antiinflamasi dan penurun panas (antipiretik), dan secara kimiawi bukan steroid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya menambahkan sedikit..

      ANALGETIK NARKOTIK
      Analgetika narkotik dapat menekan fungsi SSP secara selektif. Mekanisme kerja analgesik dengan pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Struktur yang memiliki peran penting dalam analgesik (dalam morfin) :
      a. Struktur bidang datar yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der wall.
      b. Tempat anionik yang berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.
      c. Lubang yang sesuai untuk –CH2-CH2- dari proyeksi cincin piperidin.

      ANALGETIK NON NARKOTIK
      Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat (analgetika ringan), juga sebagai antipiretik dan anti radang.
      Mekanisme kerja :
      a. analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim pada SSP yang mengkatalisis prostaglandin yang mencegah sensitisasi reseptor rasa nyeri.
      b. antipiretik dengan meningkatkan eliminasi panas.
      c. antiradang dengan menghambat biosintesis prostaglandin dan mekanisme lainnya

      Hapus
  8. Saya akan menambahkan sedikit mengkonsusmsi obat analgetik pada trimester pertama sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan tanpa konsultasi dokter. gejala seperti mual pusing dan muntah biasanya akan hilang dengan sendirinya ketika masuk trimester kedua dan ketiga, dosis yang tidak tepat dalam penggunaan obat bisa saja membunuh janin terutama pada usia kehamilan yang masih sangat muda dimana Zat kimia pada inilah yang ketika dikonsumsi oleh ibu hamil, akan masuk ke plasenta dan mempengaruhi metabolisme sang Ibu. Ketika zat kimia tersebut masuk ke plasenta, maka akan mempengaruhi perkembangan embrio didalamnya Terimakasih

    BalasHapus
  9. sebaiknya tidak dikombinasi
    karena tidak semua obat dapat dikombinasikan
    jika ingin kombinasi sebaiknya tanyakan dokter lngsung

    BalasHapus
  10. Obat narkotik dan non narkotik mungkin saja dapat dikomninasikan hal ini tergantung pada kebutuhan pasien dan pemilihan obat oleh dokter,analgetik non narkotik biasa nha diberikan pada nyeri ringan hingga sedang sedangkan untuk analgetik narkotik biasanya digunakan untuk penanganan nyeri hebat hal ini dikarenakan gol narkotik menimbulkan efek yang dpaat berbahaya jadi hanya digunakan pada mondisi tertentu saja

    BalasHapus
  11. Pengaruh obat terhadap janin Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum dijumpai. Hal ini berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu, karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan, maupun sebab-sebab yang lain. Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang, pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relative pendek. Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses radang, umumnya diperlukan pengobatan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap penyebab nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.

    1) Analgetika-narkotika

    Semua analgetika-narkotika dapat melintasi plasenta dan dari berbagai penelitian pada gewan uji, secara konsisten obat ini menunjukkan adanya akumulasi pada jaringan otak janin. Terdapat bukti meningkatkan kejadian permaturitas, retardasi pertumbuhan intrauteri, fetal distress dan kematian perinatal pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sering mengkonsumsi analgetika-narkotik. Keadaan withdrawl pada bayi-bayi yang baru lahir tersebut biasanya manifes dalam bentuk tremor, iritabilitas, kejang, muntah, diare dan takhipnoe.

    Metadon, jika diberikan pada kehamilan memberi gejala withdrawal yang munculnya lebih lambat dan sifatnya lebih lama dibanding heroin. Beratnya withdrawal karena metadon nampaknya berkaitan dengan meningkatnya dosis pemeliharaan pada ibu sampai di atas 20 mg/hari

    Petidin, dianggap paling aman untuk pemakaian selam proses persalinan. Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat petidin selama proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik yang lebih rendah disbanding bayi-bayi yang ibunya tidak mendapat obat ini, atau yang mendapat anestesi lokal. Dengan alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya dibenarkan apabila anestesi epidural memang tidak memungkinkan.

    2) Analgetika-antipiretik

    Parasetamol, merupakan analgetika-antipiretik yang relatif paling aman jika diberikan selama kehamilan. Meskipun kemungkinan terjadinya efek samping hepatotoksisitas tetap ada, tetapi umumnya terjadi pada dosis yang jauh lebih besar dari yang dianjurkan.

    Antalgin, dikenal secara luas sebagai pengurang rasa nyeri derajat ringan. Salah satu efek samping yang dikhawatirkan pada penggunaan antalgin ini adalah terjadinya agranulositosis. Meskipun angka kejadiannya relatif sangat jarang, tetapi pemakaian selama kehamilan sebaiknya dihindari.

    BalasHapus
  12. biasanya obat golongan narkotik digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dari nyeri sedang sampai kuat contohnya mengobati kanker dan patah tulang.sedangkan golongan obat non narkotik digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang ringan sampai sedang contoh mengobati demam

    BalasHapus